Posted by Unknown On 17.02

Bakteri sakazakii adalah termasuk jenis bakteri gram negatif yang bersifat anaerob fakultatif. Memiliki ciri-ciri berbentuk koliform (kokoid), berpigmen kuning dan tidak membentuk spora. Secara taksonomi sampai tahun 1980 bakteri ini termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, genus Enterobacter dan punya nama spesies Enterobacter cloacae.  Kemudian nama bakteri tersebut lebih dikenal dengan nama Enterobacter sakazakii untuk menghargai seorang bakteriolog Jepang bernama Riichi Sakazakii. Enterobacter sp. merupakan patogen nosokomial yang menjadi penyebab berbagai macam infeksi termasuk bakteremia, infeksi saluran pernapasan bagian bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih, infeksi dalam perut, radang jantung, radang sendi, osteomyelitis, dan infeksi mata, sehingga cukup berbahaya bagi kesehatan. Berikut penjelasan deret taksonominya:
Kingdom: Bacteria
Phylum: Proteobacteria
Class: Gamma proteobacteria
Ordo: Enterobacteriales
Famili:: Enterobactericeae
Genus: Enterobacter
Spesies: Enterobacter sakazakii/ Enterobacter cloacae

Reklasifikasi ini dilakukan berdasarkan studi DNA hibridisasi yang menunjukkan kemiripan 41% dengan Citrobacter freundii dan 51% dengan Enterobacter cloacae. Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus dan lalat merupakan sumber infeksi. Enterobacter sakazakii dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan (pabrik susu, coklat, kentang, sereal, dan pasta), lingkungan berair, sedimen tanah yang lembab. Dalam beberapa bahan makanan yang potensi terkontaminasi E. sakazakii antara lain keju, sosis, daging cincang awetan, sayuran, dan susu bubuk.
 

Penelitian dalam beberapa tahun terakhir mengenai infeksi E. sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi. Kelompok bayi yang memiliki resiko tertinggi terinfeksi E. sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV). Angka kematian akibat infeksi E. sakazakii mencapai 40 hingga 80%. Sebanyak 50% pasien yang dilaporkan menderita infeksi E. sakazakii meninggal dalam waktu satu minggu setelah diagnosa. Hingga kini belum ada penentuan dosis infeksi E. sakazakii, namun sebesar 3 cfu/100 gram dapat digunakan sebagai perkiraan awal dosis infeksi.
Ahli Hispatologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB Sri Estuningsih, menemukan sejumlah susu formula bayi terkontaminasi bakteri Eenterobacter Sakazakii. mengungkap temuan ini setelah meneliti sejak 2003 hingga 2006. Dari 22 sampel susu formula bayi yang beredar di pasaran, sepertiganya terkontaminasi bakteri Enterobacter Sakazakii. Bakteri amat berbahaya bagi berumur di bawah satu tahun karena bakteri bisa mengakibatkan kelumpuhan pada syaraf otak bayi, penyakit Enteritis, Sepsis, dan Meningitis. Sampel susu formula yang diteliti berasal dari produk lokal. Dari 12 isolat yang diuji terdapat 6 isolat yang menghasilkan Enteroksin. Menurut dia, hasil pengamatan hispatologis saat ini masih membutuhkan penelitian mendalam.
Menurut Profesor Dr Walujo Soerdibroto dengan penyajian atau pembuatan susu yang aman buat bayi supaya bakteri E. Sakazakii tidak bisa berkembang di dalam tubuh bayi antara lain:
                       
1. Botol di cuci bersih , air yang di gunakan untuk mencampur susu tersebut haruslah air mendidih 70 °C karena akan air mendidih itu akan dapat membunuh bakteri E.Sakazakii tersebut. 
2. Susu dikocok, biasakan di buat dalam jumlah kecil supaya habis di konsumsi bayi, susu juga tidak disarankan untuk di panaskan apabila telah masuk lemari es karena akan merusak kandungan susu. Selanjutnya ikuti petunjuk dari label susu yang akan kita buat tersebut, susu yang dibuat jangan lebih dari 4 jam, sebaiknya begitu di buat langsung di minum.